Paus Baru Terpilih: Kardinal Robert Francis Prevost Menjadi Paus Leo XIV

 Reformasirakyatindonesia.com - Kardinal Robert Francis Prevost dari Amerika Serikat resmi terpilih sebagai Paus ke-267 dalam Konklaf yang berlangsung di Kapel Sistina, Vatikan. Ia mengadopsi nama Paus Leo XIV dan menggantikan mendiang Paus Fransiskus. Pemilihannya dikukuhkan setelah ia memperoleh dua pertiga suara dari 133 kardinal yang berpartisipasi. Asap putih yang membubung dari cerobong Kapel Sistina menandai momen penting ini dan disambut sukacita umat Katolik di seluruh dunia.

Paus Leo XIV muncul untuk pertama kalinya di balkon Basilika Santo Petrus dan menyampaikan salam damai kepada umat. “Damai sejahtera bagi kalian! Saudara-saudari yang terkasih, ini adalah salam pertama dari Kristus yang telah bangkit,” ujarnya dalam pidato perdananya. Ucapan tersebut menunjukkan komitmennya untuk melanjutkan misi gereja dalam membawa kasih, harapan, dan kesatuan di tengah dunia yang penuh tantangan.

Pemilihan Paus Leo XIV berlangsung pada hari kedua Konklaf dan melewati empat putaran pemungutan suara. Ia mengungguli beberapa kandidat kuat lainnya, termasuk Kardinal Pietro Parolin dari Italia dan Kardinal Luis Antonio Tagle dari Filipina. Terpilihnya Prevost juga menjadi momen bersejarah karena ia merupakan Paus Agustinian pertama serta Paus kedua dari benua Amerika.

Lahir di Chicago pada 14 September 1955, Robert Francis Prevost memiliki latar belakang pendidikan yang kuat dalam bidang teologi dan hukum kanonik. Ia pernah mengabdi di Peru selama lebih dari satu dekade sebagai misionaris dan pembina imam, serta menjabat berbagai posisi penting dalam Ordo Santo Agustinus dan di Vatikan. Sebelum terpilih sebagai Paus, ia menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Para Uskup dan Presiden Komisi Kepausan untuk Amerika Latin.

Pengangkatan Paus Leo XIV diharapkan membawa arah baru bagi Gereja Katolik yang terus bergulat dengan isu-isu modern seperti reformasi struktural, peran perempuan dalam gereja, dan tantangan evangelisasi global. Dengan pengalaman internasional dan semangat pastoral yang kuat, umat Katolik di seluruh dunia menaruh harapan besar pada masa kepemimpinannya untuk membawa Gereja ke era yang lebih terbuka dan inklusif.

Red.

Berbagi :