Ahli IT vs Skripsi Jokowi: Asli atau Palsu? Simak Bukti dan Penampakan Skripsi UGM 1980-an

                                        Tangkapan layar Ahli Digital Forensik, Josua M Sinambela
                                                  mematahkan argumen Roy Suryo Cs dengan membeberkan 
                                                  bukti bahwa skripsi Jokowi asli. Ini bukti-bukti valid dari sang ahli, 
                                                  disadur pada Selasa (29/4/2025). (Facebook Josua M Sinambela)

 Reformasirakyatindonesia.com - Dua ahli IT dan pakar digital forensik, Rismon Hasiholan Sianipar dan Josua M Sinambela, terlibat dalam perdebatan sengit mengenai keaslian skripsi Presiden Joko Widodo. Dalam diskusi yang memanas di media sosial, keduanya saling mengajukan bukti-bukti yang mereka miliki terkait skripsi yang menjadi bahan perdebatan ini. Rismon, yang meyakini bahwa skripsi Jokowi palsu, mengungkapkan bahwa ia menemukan kejanggalan pada font yang digunakan dalam lembar pengesahan skripsi tersebut. Ia berpendapat bahwa font Times New Roman, yang ada dalam skripsi Jokowi, baru tersedia pada tahun 1990-an, sementara Jokowi lulus pada tahun 1985, sehingga ia menilai itu sebagai bukti kuat bahwa skripsi tersebut tidak asli.

Namun, Josua M Sinambela membantah argumen tersebut. Ia menegaskan bahwa font Times New Roman sudah ada sejak tahun 1930-an dan sudah digunakan secara luas pada tahun 1980-an, termasuk di Universitas Gadjah Mada (UGM), tempat Jokowi menulis skripsi. Josua juga memperlihatkan bukti bahwa teman-teman Jokowi yang lulus pada tahun yang sama juga menggunakan font yang sama pada skripsi mereka, dan font tersebut digunakan oleh jasa percetakan "PERDANA" yang sering digunakan oleh mahasiswa UGM pada saat itu. Menurut Josua, ini membuktikan bahwa penggunaan font tersebut di skripsi Jokowi adalah hal yang wajar.

Selain itu, Rismon juga menyebutkan adanya kejanggalan lain, yakni penulisan kata "tesis" di skripsi teman Jokowi, yang menurutnya menunjukkan kesalahan fatal dalam skripsi tersebut. Menurut Rismon, penulisan kata "tesis" yang seharusnya hanya ada di tingkat S2, menunjukkan bahwa skripsi itu tidak sesuai dengan format yang berlaku untuk skripsi S1. Josua, lagi-lagi, membantah hal ini, dengan mengatakan bahwa kesalahan penulisan atau typo pada naskah akademik memang biasa terjadi pada masa itu, terutama terkait dengan jasa percetakan yang digunakan oleh mahasiswa. Ia juga menunjukkan bahwa kesalahan serupa ada pada skripsi mahasiswa UGM lain di tahun 1980-an.

Perseteruan ini semakin memanas ketika Josua menuduh Rismon telah mengklaim dokumentasi foto dan video yang ia buat mengenai skripsi Jokowi dan teman-temannya. Josua mengungkapkan bahwa Rismon telah menggunakan dokumentasi tersebut tanpa izin dan memanipulasi bukti untuk mendukung asumsi-asumsinya. Josua menegaskan bahwa semua foto dan video yang ia miliki masih memiliki metadata yang dapat membuktikan keasliannya. Menurut Josua, klaim yang dibuat oleh Rismon tidak didasarkan pada prosedur forensik yang valid dan terverifikasi.

Pada akhirnya, meskipun Rismon dan Josua masing-masing memiliki argumen yang kuat, perselisihan ini menunjukkan pentingnya kehati-hatian dalam menilai bukti-bukti yang ada, terutama ketika berkaitan dengan klaim-klaim yang sensitif seperti keaslian skripsi. Josua sendiri mengingatkan bahwa setiap klaim harus diuji secara objektif dengan prosedur yang sah, dan tidak boleh hanya didasarkan pada asumsi belaka. Diskusi ini pun membuka pertanyaan lebih luas mengenai validitas dokumen-dokumen penting yang sering kali dipertanyakan di tengah dunia digital yang penuh dengan informasi yang bisa dipalsukan.

Red.

Posting Komentar untuk "Ahli IT vs Skripsi Jokowi: Asli atau Palsu? Simak Bukti dan Penampakan Skripsi UGM 1980-an"